Kamis, 20 September 2018

Ketika Seorang Gus Ketikung Cinta #7

KETIKA SEORANG GUS KETIKUNG CINTA #7

Jalal : “Oalah wong, sepurane. Yowes tak pinjami sarung ku wae yo.”
Ni'am : “Sing goyor ijo aja gus, ben rodo ganteng aku.”
Jalal : “Iyo-iyo wonk, tak ambile sebentar.”
(lalu Gus Jalalpun masuk dan mengambil sarung goyornya dan menyerahkannya kepada Khoirun Ni'am)
Ni'am : “Lha iki guuuus, beh. Kalau aku itu suka kalau liat jenengan pakai sarung goyor ijo, kopyah hitam, dan baju putih. Biyuh biyuh biyuuuuuh.”
Jalal : “Wes gak usah ngerayu, intine wae langsung.”
Ni'am : “Sarungmu ini kasihkan saya ya gus. Kadung tak gawe jan nyeeeeessss.”
Jalal : “Jangan ngawur, itu sarung kesayangan ibu. Ibu yang belikan wonk.”
Ni 'am : “Satu aja gus gus.”
Jalal : “Yowes kapan-kapan wae Insya Alloh kalau punya rezeki tak belikan sendiri. Ojo itu, itu kesayangane ibuk eg.”
Ni 'am : “Ok wes gus. Lha kira-kira jenengan pilih ngendi.”
Jalal : “Yo kalau aku ya pilih goyor biru laut wonk, yang aku pakai ini... lebih sreg.”
Ni'am : “Maksudku iku Ayu Ningrum atau Nabila Alfiyatuz Zahro??”
Jalal : “Allohu a'lam wonk.”
Ni'am : “Lho kok, terus gimana gus?”
Jalal : “Yo mboh wonk, ngelu aku.”
Ni'am :  “Ya yang salah dirimu sendiri gus gus. Mbok di nikah semua.”
Jalal : “Ngawur wae wonk-wonk.”
Ni'am : “Lha gus kok, punya istri 2 atau 4 khan gak apa-apa gus. Wong sunah kok?”
Jalal : “Polygami itu untuk membatasi bukan menganjurkan. Wes wonk, buatkan kopi lagi wonk biar agak padang pikire.”
Ni 'am : “Injih gus nderek aken.”
Lalu, kang Ni'am pun pergi membuat kopi. Dan Gus Jalalpun dengan secarik kertas dan hitech yang ada, dia menggurat aksara demi aksara menjadi kata. Dari kata demi kata tercipta kalimah keindahan mengungkap rasa.
****
Canting merenda batik bermotif merak mengebak sayap.
Di langit timur jingga persada berkalung mega.
Udara melantunkan keindahan lirik lagu cinta sederhana.
Saat dimana ku rangkai huruf demi huruf.
Dan kususun kalimat demi kalimat.
Ku jadikan sajak dibait kerinduan ku di atas lembaran demi lembaran kertas yg mulai buram.
Terselubung tirai kelambu.
Engkau tahtakan kebisuan menghimpit peraduan sunyi.
Serangkai seikat mawar ku haturkan.
Semerbak tercium harum wangikan dinding hati.
Bagai mutiara yang bertaburan kemilau cahaya di keremangan senja.
Senandungkan kekaguman ku di setiap sunggingan senyum sang bidadari.
Melingkar di leher jenjang mu kalung cinta bermanik kejelitaan permata puji.
Aku mengagumi mu.
Lantunkan tembang tak sebatas kata syahdu.
Meneteskan embun rasa sayang ku bersama sunggingan pagi yg memaknai hari.
Pada langit aku bercerita.
Dengan mentari,ku hangatkan kebekuan sapa.
Ku titip salam kerinduan ku bersama deru2 bayu.
Berharap bintang gemintang menemani kesendirian mu.
Ku tuturkan pada bulan sinari setiap gelap malam mu.
Dan arakan awan naungi terik siang mu.
Aku tahu... mereka hanya bisa diam.
Tetapi aku yaqin mereka mendengar.

Ni'ampun datang dengan kopi yg memenuhi 1 teko nya. Lalu, diapun bertanya.
Ni'am : “Gus,a pik gus tulisanmu. Tak buat setatus FB ku yo.”
Jalal : “Monggoooo.”
Ni'am : “Panjenengan tak buatkan akun FB gimana gus???”
Jalal : “Gak usah wonk. Aku ini kalau mau FB an biasanya pakai akune lare-lare mawon.”
Ni'am : “Ooowwwwhhhh ngaten tho. Lha terus Nabila sama Ayu Ningrum, gimana kalau di nikahi semua aja gus?  Dari pada bingung-bingung mikir.”
Jalal : “Boyok kemeng, geger bengkong wonk-wonk.”
Ni'am : “Opo tak wakili???? Ha ha ha”
Jalal : “Botho purun wonk???
Ni'am : “Lha iyo, nikahin aja semuanya gus gus. Kesuwen... nikah sama Ayu Ningrum, pertama nglegak ne wong tuo ne jenengan. Ayu Ningrum yo bahagia. Terus, nikahin juga Nabila. Khan Neng Nabila ne juga bahagia. Jenengan juga bahagia. Jadi, nikahin kedua-duanya malah bisa bahagiain semuanya tho. Bahagiain orang itu ibadah lho gus.”
Jalal : “Sik tak pikire.”
Ni'am : “Guse kurang greng. Ha ha ha.”
Jalal : “Koyok tau o peane wonk-wonk. Wes kene ijol. Kamu yang jadi gus, aku tak khodame mawon.”
Ni'am : “Ngawur mawon peane gus, apa ya bisa???”
Jalal : “Ya bisa aja wonk.”
Ni'am : “Carane?”
Jalal : “Ya pean bilang sama yang nulis ini. Biar Ni'am yang jadi guse dan Jalal yang jadi khodame gus. Beres tho????”
Ni 'am : “Opo yo iso, aku mlebu dalan bayi terus metu soko dalan bayi liyane. Yo ora sedeng gus gus.”
Jalal : “Sik-sik wonk. Itu ada mobil datang, kok sepertinya mobile Yai Faqih.”
Ni'am : “Klihatannya sih begitu gus.”
Lalu, Gus Jalal pun menghampiri mobil itu. Dan keluarlah 5 orang dari dalam mobil itu, Romo Yai Zidnan Ali, Yai Mansur, Yai Faqih, Yai Zamrozi Baqir dan sopirnya Yai Faqih yang biasa di panggil Gus Su'ud.”
Jalal : “Assalammu'alaikum.” (terus bersalaman, dan cium tangannya abahe, Yai Faqih, Yai Mansur dan Yai Zamrozi Baqir tak lupa juga bersalaman dengan Gus Su'ud.
Yai Zamrozi Baqir, Yai Faqih : “Wa'alaikum salam warohmatulloh.
Yai Faqih : “Dereng tilem nopo gus?? piye kabare?”
Gus Jalal : “Alhamdulillah sae yi, pangestu. Belum tidur yi. Ini tadi juga masih njagong sama kang Ni'am.”
Yai Zidnan Ali : “Baguuus.”
Gus Jalal : “Dalem bah.”
Yai Zidnan Ali : “Ibu mu udah tidur belum???”
Jalal : “Kadoseeeeee...”
(Tiba-tiba, Bu Nyai Afifah datang)
Bu Nyai Afifah : “Assalammu 'alaikum.”
Yai Zidnan Ali : “Wa'alaikum salam warohmatulloh. Lho, kok ayank beib belum obo tho. Kenapa?”
Bu Nyai : “Belum kangmas, tasih nunggu kangmas datang.”
Yai Zidnan Ali : “Maafin kang mas ayank beib. Kang mas lupa berpesan sama ayank beib, kalau kangmas pulangnya malem. Jadi, ayank beib boleh obo duluan. Sekali lagi maafin kang mas yach ayang beib.”
Bu Nyai : “Iyach kangmas ku. Gak apa-apa kok.”
Yai Faqih : “Ehem ehem... gimana Yai Zamrozi Baqir. Apa aku bilang, Bu Nyai Nurifatul Afifah belum tidur tho... sesuai dugaan ku.”
Yai Zamrozi Baqir : “Yo itu salah satu tandanya istri yang sholihah. Belum tidur kalau suaminya belum kasih izin.” Ha ha ha.
Yai Faqih : “Dospundi bagus cilik... abahmu gaul tho. Koyok cah enom wae. Pakai ayank beib segala. Mosok putrone kalah.” Ha ha ha.
Jalal : “Injih yi” (sambil tersenyum)
Yai Faqih : Zaman ini sudah canggih Yai Zidnan Ali.  Mbok yo sms ayank beib e kalau mau pulang telat.”
Yai Zidnan Ali cuma tersenyum saja.
Yai Faqih : “Injih sampun yi. Saya izin mau pulang dulu, nanti juga mau nganterin Yai Mansur dan juga Yai Zamrozi Baqir.”
Yai Zidnan Ali : “Injih-injih yi, monggo nderek aken.”
Yai Zamrozi Baqir : “Injih sampun sedoyo. Assalamu'alaikum.”
Yai Zidnan, Gus Jalal : “Wa'alaikum salam warohmatulloh.
Yai Zidnan Ali : “Gus Su'ud Gus Su'ud.”
Kang Su'ud : “Injih yai... injih yai. Wonten dalem menopo?”
Yai Zidnan Ali : “Sebelum nyetir baca do'a dulu, hati-hati... kalau mengantuk atau lelah kamu bilang Yai Faqih. Istirahat dulu, soalnya yang kamu bawa itu nyawa jutaan orang gus.”
Gus Su'ud : “Injih yi, pandungane.”
#Bersambung.

Oleh : Ma'arif Wibowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisi-kisi USBN Matematika SD 2019

KISI – KISI USBN SD TAHUN 2019 PROVINSI JAWA TIMUR (SPESIFIKASI) MAPEL : MATEMATIKA NO. SOAL LINGKUP MATERI ...