Rabu, 19 September 2018

Ketika Seorang Gus Ketikung Cinta #5


KETIKA SEORANG GUS KETIKUNG CINTA #5

Gus Jalalpun berpisah dengan Gus Umam di persimpangan. Akhirnya Gus Jalalpun pulang ke pondoknya sendiri. Memasuki gerbang ponpes dan langsung menuju rumahnya.
Di depan pintu, Gus Jalalpun mengucap salam. “Assalam mu'aikum “ “Wa'alaikum salam warohmatulloh...” Terdengar suara merdu dari dalam rumah, dan ternyata itu adalah suara ibundanya Gus Jalal, Bu Nyai Nurifatul Afifah. Setelah menjabat tangan dan mencium tangan ibundanya, Gus Jalalpun bertanya.
Jalal : ”Abah teng pundi buu?”
Bu Nyai : ”Abahmu di ajak Yai Faqih ke pekalongan bagus. Kok tumben nanyain abah?”
Jalal : ”Mboten nopo-nopo ibu, lha jadi kyai iku gak enak ya buu?”
Bu Nyai : “Huuuusssttt, mboten pareng sanjang kados ngaten bagus cilik.”
Jalal : “Kyai ngurusi santri, ngurusi umat, sampek anak e lan garwone mboten kaurusan .. lha terus,ingkang ngurusi kyai-kyai niku lho sinten tho bu?”
Bu nyai : “Iku wes konsekuensi ne tho bagus, seperti ibumu ini ya harus sabar dan juga gak boleh terlalu menuntut sama abah mu. Abahmu juga sudah banyak urusane.”
(Ucap bu nyai nurifatul afifah sambil mendekap putra kesayangannya)
Jalal : “Mugi-mugi barokah sedoyone bu.”
Bu nyai : “Amin ya robbal 'alamin. Bagus sampun maem dereng?”
Jalal : “Dereng maem bu, mau mandi dulu. Habis itu mau asharan dulu bu.”


Sehabis sholat ashar Gus Jalalpun bergegas menuju ruang tamunya yang hanya beralaskan karpet tanpa meja kursi. Dia mendapati ibundanya yang sedang muroja'ah. Pas Bu Nyai Afifah membaca ayat........ ﻳَﻌْﺘَﺬِﺭُﻭْﻥَ ﺍِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﺍِﺫَﺍ ﺭَﺟَﻌْﺘُﻢْ ﺍِﻟَﻴْﻬِﻢْ
“Wah, juz sebelas ini. Nyimak aaahhhh...” Lalu Gus Jalalpun seperti kebiasaannya kalau lagi di rumah jika bu nyai lagi murojaah, maka Gus Jalal akan tiduran dekat ibundanya sambil bantalan kaki/betis ibundanya. Lalu dengan mata terpejam, Gus Jalal menikmati senadung keagungan kalamulloh yang disenandungkan oleh ibundanya. Tetapi tiba-tiba tubuhnya bergetar hebat ketika ibundanya sampai pada ayat
ﻟَـﻘَﺪْ ﺟَﺂﺀَﻛُﻢْ ﺭَﺳُﻮْﻝٌ ﻣِّﻦْ ﺍَﻧْﻔُﺴِﻜُﻢْ ﻋَﺰِﻳْﺰٌ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣَﺎ ﻋَﻨِﺘُّﻢْ ﺣَﺮِﻳْﺺٌ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺎﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴْﻦَ ﺭَﺀُﻭْﻑٌ ﺭَّﺣِﻴْﻢٌ
Tiba-tiba Gus Jalal berteriak dengan kerasnya, "Ya rosulallooooooh.” Teriakan Gus Jalal ini akhirnya membuat bu nyai mengakhiri murojaahnya dengan ucapan shodaqollohul 'adhim. Lalu, dengan agak terheran bu nyai pun bertanya:
Bu Nyai : “Baguuus, ada apa nak?”
Jalal : “Mboten wonten menopo-nopo ibu.”
Bu Nyai : “Rosululloh kenapa nak?”
Jalal : “Mboten ... mboten wonten menopo2 kok ibu.”
Bu Nyai : “Lho... kok ... badan kamu gemeteran begitu, kamu sakit ya nak?”
Jalal : “Mboten ibu, dalem cuma luwe.”
Bu Nyai : “Yowes, tak ambilkan maem dulu.”
Jalal : “Dulang njih bu.”
Bu Nyai : “Wes gede kok minta dulang buk e tho nak nak... Lhak besok-besok kalau ibu udah tiada terus bagus minta dulang siapa?”
Jalal : “Ampun sanjang ngaten tho buk.”
Bu Nyai : “Mangkane dang di khatam ke qur'ane. Dang ngaji sing tenanan. Dang nikah biar gak manja sama ibuk e wae... gus gus... masak mondok kok pindah-pindah terus tho bagus cilik bagus cilik.”
Jalal : “He he he”


Malam itu, Setelah buyaran kajian kitab tafsir munir. Gus Jalalpun mencari sahabatnya Khoirun Ni'am atau biasa di panggil blawonk. Akhirnya ketemulah blawonk di depan, gothak an.
Jalal : “Wonk, blawonk.”
Ni'am :  “Injih gus, wonten nopo?”
Jalal : “Melok aku, ojo lali buat kopi 1 teko. Tak tunggu di tempat biasae yo.”
Ni'am : ????? (waduh, alamat melekan iki)
Jalal : “Sini-sini wonk, aku arep curhat.”
Ni'am : “Curhat nopo gus?”
Jalal : “Misalnya, kamu di suruh antar surat cintanya kang Ilham buat mbak Ningrum. Terus ternyata mbak Ningrum jatuh cintanya sama kamu bukan sama kang Ilham. Dan sebenernya kamu juga ada rasa yang sama dengan Ningrum selama ini. Terus, kira-kira bagaimana sikap kamu wonk.?”
(Sambil tepuk jidat dan geleng-geleng kang Ni'ampun menjawab)
Ni'am : “Wes gawat-gawat... ruwet-ruwet gus. Gak bisa ngapa-ngapain aku.”
Jalal : “Yo wes ora usah, misalnya... ternyata Ayu Ningrum cinta tenanan nuw piye?”
Ni'am : “Biyuh-biyuh. Ojo baperi aku gus. Ayu Ningrum itu primadona ne santri putri pondok mriki gus. Ora pantes kangge kulo, pantese malah kaleh jenengan gus.”
Jalal : “Aku khan cuma bilang misalnya tho tadi woooonk.”
Ni'am : “Tapi di hati kroso sengkring gus.”
Jalal : “Ha ha ha.”
(Lalu Gus Jalalpun menceritakan kejadian siang tadi ke sahabatnya, antara dirinya, Gus Umam dan Nabila. Kang Ni'am cuma mlongo, dlongop dan godeg-godeg saja.
Jalal : ”Piye wonk?”
Ni'am : “Wes gawat-gawat... ruwet-ruwet  gus. Sampek ora nutut pikir ku.”
Jalal : “Lha aku kudu piye wonk????”
Ni'am : “Wes gini aja gus, mending sama Ayu Ningrum mawon tho gus? Aku lebih setuju dan menurut ku yo cocok lah gus kaliyan jenengan.”
“Ayu ningrum niku piyantune Uuuuuuuuayu nothok puol, puinter, puasa senin kemis istiqomah, tahajude mudawamah. Juara 1 lomba qiro'ah, juara bertahan lomba kajian kitab kuning. Wes tho, jenengan maturo abahe, wes tho... lancar-lancar...beres-beres... jenengan tinggal blunas blunus thok pokok e.”
Jalal : “Mbok mbok mbok, sampek sakmono anggon mu nyelidiki.”
“Ha ha ha.”
“Ngene lho wonk, Ayu Ningrum iku wes tak istiqorohi, wes tak takoke Yai Mansur lan Romo Yai Imam Rofi 'i, jarene kok ora gathuk i wonk?”
Ni'am : “Lho, istiqoroh iku di saat kita mau mengenal, pas berkenalan, atau sudah ada hubungan tho gus sae ne.”
Jalal : “Kalau menurut aku/menurut tafsiran saya, ya pas kita mau mengenal lebih dekat di istiqorohi dulu. Jare nihayah iku gumantung bidayahe tho wonk.”
Ni'am : “Terus, kalau Neng Nabila itu gimana gus?”
Jalal : “Kalau soal cantik, lebih cantikan Ayu Ningrum wonk, cumaaaaaa... aku merasakan ada hal yang istimewa tersembunyi pada diri Nabila. Tetapi, yo arep tak takoke disik dumateng Romo Yai Imam Rofi'i. Soale minggu depan aku arep balik menyang pondok wonk.”
Ni'am : “Lha iyo, kyai-kyai iku kok lucu-lucu gus. Mosok putrone kiyambak malah di pondok ne adoh-adoh, bukan malah di pondoknya sendiri.”
Jalal : “Mungkin biar gak gemagus dan lebih dewasa serta bijak dalam menyikapi hidup ini. Terkadang, orang hanya tua dengan umur tetapi kanak-kanak dalam penyikapan.”
Ni'am : “Injih gus.”
Jalal : “Yo weslah, ojo crito sopo-sopo masalah iki mau. Awas crito, tak pedhot anu mu. Saiki pijetono aku wonk karo bukaen fb mu. Tak injenge, Neng Nabila lagi lapo. Gawe HP ku wae yo. Soale aku ngerti HP mu mbok singgah ne tho.”
Ni'am : “Biyuh, ancamane beraaaattt. Injih gus, nderek aken gus, Neng Nabila tak add e dulu yo... belum berteman iki.”
Jalal : “Ok, di tunggu karo udud kang. Ojo lali kopi ne gowo rene wonk.”
Ni'am : “Gus-gus... sampun di comfir. Tak delok e setatuse... wuiiiiih puitis banget gus statuse... ini kata-kata setatusnya.”


Tiada kata seindah do'a.
Tiada rasa semanis cinta.
Tiada sapa seanggun senyum.
Tiada suara semerdu lagu.
Tiada kebahagiaan ku tanpa diri mu.
Seandainya engkau tahu.
Setiap keindahan kata-kata ku.
Ku tulis hanya untuk mu.
Seandainya engkau mengerti.
bait-bait puisi ku adalah luapan isi hati.
Seandainya jiwa mu tersentuh.
Tanpa mu aku begitu rapuh.
menjerit.
Tetapi tak terasa sakit.
Apakah rindu ini yg semakin menghimpit.
Pejam.
Tetapi yg ku lihat hanya kelam.
Apakah rasa sayang ini yang teramat dalam.
Engkau.
Serasa di sini.
Tetapi tak kuasa ku sentuh jari.
Apakah aku sedang bermimpi.
Resah.
Tetapi tak terasa gelisah.
Apakah mencintai mu itu salah.
Penat.
Saat cinta tak kunjung jawab.
Apakah aku yang terlalu berharap.
Meski lelah.
Ku coba menunggu.
Saat senyum mu hiasi hari.
Saat wajah mu tergambar dalam bingkai hati.
Bilakah kasih ini mulai bicara.
Ku berharap sebuah keajaiban cinta.
Menyatukan kita sampai ke syurga.


Ni'am : “Komentari gak gus?”
Jalal : “Komentarono ngene”


"Aku bukanlah orang yang bijak.
sebijak Abu bakar as shidhiq.
Ujung tombaknya bani tamim.
Aku bukanlah orang yang tangguh & faruq.
Seperti Umar bin khotthob.
Singa padang pasirnya bani adi.
Aku bukanlah milyader yg lemah lembut dan tawadhu'.
Seperti Usman bin affan.
Taj mahalnya Bani Umaiyah.
Aku juga bukanlah orang gentle & 'alim.
Seperti Ali bin abi tholib.
Ksatria bani hasyim.
Aku hanya orang biasa.
Yang mengharapkanmu.
Jadi penyempurna hidup ku.


Ni'am : “Gus-gus,di inbox gus.”
Jalal : “Apa katanya?”
Ni'am : Katanya, “ini sinten njih, kok kata-kata e mirip dengan orang yang sangat aku kenal.”
Balesi mboten gus?
Jalal : “Wes gak usah wonk.”
Ni'am : “Gus... gus... iki ada yang komentarin lagi gus. Nama akunnya Zulfaqor, dia bilang "yang sabar yach neng, Alloh tau yang terbaik untuk mu.”
Picprofe gawe photo kitab Irsyadul Ikhwan gus... Syech Ihsan Dahlan Al Jampesi Kediri.
Jalal : “Sampul kitab bagian duwur ada tulisan kaligrafine gak??? Pake' pensil??”
Ni'am : “Injih gus, kok tahu?”
Jalal : “Ooooowh... iku Gus Umam, soale iku mirip kitabe Gus Umam sak ngerti ku... yoweslah, tutupen FB mu. matikan HP ne, marilah kita nikmati hidup ini. Setidak e masih bersama dengan udud dan secangkir kopi.”
Ni'am : “Gus, aku punya solusi. Kasus mu mirip dengan kasuse tamune abahe kapanane. Pas jenengan tasih mondok tenggene mbah Yai Imam Rofi'i.”
Jalal : “Kasus opo iku wonk?”
Ni'am : Kasuse ngene, “ada 2 orang suami istri, datang kesini. Minta solusi abahe, masalahe istrine iki sering di goda sama misanan/sepupu suamine ini. Jadi istilahe, nyenengi bojone uwong. Lha... istri ne iki gak punya perasaan apa-apa sama sekali dengan sepupu suamine itu, dia malah merasa terganggu, risih-risih gus maksud e.”
Jalal : “Terus abah sanjang nopo mawon?”
Ni'am : “Abahe jenengan, Romo Yai Zidnan Ali sanjaaaang...”
Sik gus,tak udud disik. Gak enak cerito jika gak sama rokokan.

#Bersambung

Oleh : Ma'arif Wibowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisi-kisi USBN Matematika SD 2019

KISI – KISI USBN SD TAHUN 2019 PROVINSI JAWA TIMUR (SPESIFIKASI) MAPEL : MATEMATIKA NO. SOAL LINGKUP MATERI ...