Sabtu, 29 September 2018

Ketika Seorang Gus Ketikung Cinta #10


KETIKA SEORANG GUS KETIKUNG CINTA #10

Lalu, ngopilah Gus Jalal dan kang Ni'am di teras rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara MP3 lagunya Muhammad Al Hasayn.
Maulaya sholli wassalim da-Iman abadan
'Ala habibika khoril kholqi kullihimi
Habiballoh rosulalloh Imamal mursaliin
Ya habiballoh rosulalloh Imamal mursaliin
Saroitan haromin lailan Ila haromin Kama sarol badru fitajin minaddzulamin
Saroitan haromin lailan Ila haromin Kama sarol badru fitajin minaddzulamin
Wa-bitatan qoila anil taman zilatan
Wa-bitatan qoila anil taman zilatan
Min qomiqow sayinal tudrok wa-lam turomi


Lalu, di angkatlah telpon itu, yang tak lain adalah telpon dari Gus Umam.
Jalal : “Assalammu'alaikum.
Ni'am (Ni'ampun berpamitan dengan isyarat. Pamit mau ke kamarnya. Hal ini memang sudah jadi adat santri dalem. Kalo keluarga kyai lagi menerima telpon, dia menganggapnya itu sebuah urusan yang sangat pribadi, Jadi akan berpamitan dengan otamatis, meski dengan isyarat)
Umam : “Wa'alaikumsalam warohmatulloh.”
Jalal : “Wonten menopo gus?”
Umam : “Mohon maaf sebelumnya gus, ini mau kasih kabar. Kalau Neng Nabila masuk rumah sakit.”
Jalal : “Innalillahi wainna ilaihi roji'un. Sakit nopo emange. Pripun keadaane?”
Umam : “Sakit typus gus, sekarang juga masih di infus.”
Jalal : “Injih sampun gus, dalem langsung meluncur mriko gus. Nanti alamat dan ruangnya tolong jenengan sms aja, aku tak siap-siap dulu.”
Umam : “Injih-injih gus, pangapunten sampun ganggu wekdalipun panjenengan. Assalammu'alaikum.”
Jalal : “'Alaikumussalam wa rohmah.”


Lalu Gus Jalalpun pergi mencari kang Khoirun Ni'am di kamar santrinya.
Jalal : “Wonk... blawonk...”
Ni'am : “Injih gus wonten nopo?”
Jalal : “Ikut aku wong... besuk ke rumah sakit wonk. Siapkan kendaraannya.”
Ni'am : “Jenguk siapa gus?”
Jalal : “Ya jenguk orang, masak mau jenguk wedhus.”
Ni'am : “He he he... saged mawon jenengan niku. Niki, kendaraan ikang pundi gus?”
Jalal : “RX king wae, motor perang.”
Ni'am : “Ealah, kok motor butut iku tho gus, gak gaul.”
Jalal : “Wes... gak usah protes, cepetan macak wonk.”
Ni'am : “Injih gus.”


Lalu Gus Jalalpun masuk rumah dan ganti baju. Ketika keluar dari rumahnya untuk ngecek kang Ni 'am udah siap apa belom... malahan, betapa terkejutnya kang Ni'am melihat penampilan Gus Jalal.
Dengan bawahan celana levis dengkul ke bawah sobek-sobek... pakai T-Shirt hitam di balut jaket levis hitam yang sobek-sobek bagian lengannya. Berkalung tasbih itu gak pernah ketinggalan.


Ni'am : Ya Alloh gus, jenengan itu mau jenguk orang sakit atau mau ngarit gus???”
Jalal : “Wes gak usah protes, udah siap khan.”
Ni'am : “Sampun gus.”
Jalal : Ya udah, aku tak pamitan dulu wonk.”
“Baguuuuus... mau kemana nak...?” Tiba-tiba suara lembut itu memanggil namanya, dan ketika Gus Jalal menoleh, ternyata itu adalah suara ibundanya.
Jalal : “Mau jenguk teman di rumah sakit buk.”
Bu nyai : “Lho emang siapa yang sakit nak??”
Jalal : “Itu buk, Nabila... katanya sakit typus.”
Bu nyai : “Teman apa teman???? Hhhmmmm... mbok di kenalkan sama ibuk tho nak.”
Jalal (sambil garuk-garuk kepala dan tersenyum) : “Cuma teman saja kok buk.”
Bu nyai : “Ya sudah, kalau begitu. Nanti kalau pulang jangan sampai ikut engkok an (balapan #201m Dragbike) lho.”
Jalal : “Lho... kok ibu tau soal engkok an.”
Bu Nyai : “Gak penting ibu tahu darimana... pokoknya nanti jangan sampai ikut.”
Jalal : “Injih bu.”


“Bagus cilik... mau kemana...?” Tiba-tiba suara yang agak berat memanggil dari dalam rumahnya, dan ketika keluar, ternyata itu suara Romo Kyai Zidnan Ali.
Yai Zidnan Ali : “Mau kemana tho bagus?”
Jalal : “Ajenge teng rumah sakit bah... jenguk teman yang lagi sakit.”
Yai Zidnan Ali : “Pakai celana sobek-sobek begitu, apalagi kelihatan dengkulnya. Apa ya sah nanti kalau buat sholat. Hmmmm...”
Jalal  (hanya tersenyum, lalu melepas jaketnya dan mengangkat T-Shirt hitamnya. Ternyata, telah melilit sarung goyor di perutnya)
Yai Zidnan Ali : “Eaaalaaa... kok ya masih usum hal seperti itu lho.”
Bu Nyai (sambil tersenyum dan memegang pundak romo yai) “Mirip abahe tho???”
Yai Zidnan Ali : “Ah... yo gak bisa, gantengan abahe. Apalagi kalau abah sudah pakai kacamata hitam.”
Bu Nyai (lalu dengan tersenyum bu nyai mencubit lengan romo yai sambil berucap) : “Jenengan niku lho bah. Kok mboten purun ngalah kaliyan putro ne i lho...”
Jalal : “Mboten kok buk, abah niku memang lebih ganteng kok...”
Romo Yai : “Ya jelas ganteng. Kalo gak ganteng apa ya mau bidadari qur'ani yang suara qiro'ahnya goregke pondok e Yai Idris Ghozali, kepincut sama abah.”
Bu Nyai (sambil tersenyum) : “Abah iki lho, saged mawon...”
Jalal : “Bah, kok kemaren-kemaren pas ada Yai Faqih. Nimbali ibuk kok pakai ayank beib... ayank beib segala.”
Yai Zidnan Ali : “Ah, kemaren-kemaren lagi mau goda Yai Faqih aja bagus... tetapi ternyata... respek ibu mu secara spontan abah acungi jempol.”
Bu Nyai : “Bagus, besok-besok kalau mau nyontoh abah mu... yang baik-baik saja njih nak.”
Yai Zidnan Ali : “Hhhmm... Hhmmmm... hmmmmmmmm...”
Bu Nyai : “Kengeng nopo tho baaaaah?”
Yai Zidnan Ali : “Nggak kok... gak ada apa apa.” (sambil mendongakkan kepalanya ke atas)
 

***********************


Sedangkan di rumah sakit, terbaringlah Nabila Alfiyatus Zahro. Wajahnya pucat, tubuhnya lemah tak berdaya. Ternyata di ruang itu Gus Umam beserta keluarga besarnya sudah datang lebih dulu. Tak ketinggalan Romo Yai Hamam dan Bu Nyai Maysyaroh yang terlihat cemas.

#Bersambung

Oleh : Ma'arif Wibowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisi-kisi USBN Matematika SD 2019

KISI – KISI USBN SD TAHUN 2019 PROVINSI JAWA TIMUR (SPESIFIKASI) MAPEL : MATEMATIKA NO. SOAL LINGKUP MATERI ...