Selasa, 18 September 2018

Ketika Seorang Gus Ketikung Cinta #3


KETIKA SEORANG GUS KETIKUNG CINTA #3

"Buuuune, mbok bilih mboten ngrepoti nyuwun tulung buatkan kopi. Soalnya ini abah mau njagong agak lama bu...."
"Injih bah..."
Jawab Bu Nyai Maysyaroh yg terus berdiri membuatkan kopi.
"Hhuuuuuufffffttt,,,,"
Kyai Hamam menghela nafas panjang.
"Gus Jalal, pripun kabare ramandamu?"
"Alhamdulillah sehat sedanten yi..." jawab Gus Jalal.
"Abah mau crita soal ramanda mu. Dulu waktu masih mondok di Kyai Idris Ghozali. Biyuuuh gus, saya itu seumur umur belum pernah ketemu orang limpad yg dablegnya gak katulungan gus."
"Lho... abah gak pernah cerita niku kyai." jawab Gus Jalal.
"Iya gus, makanya tak ceritain, aku sama ramandane Gus Umam, yaitu  Ridwan Ahmad itu pas mondok sudah 2 tahun lamanya gus. Tetapi ya gak tau, selama 2 tahun itu , aku sering sanget kena hukuman. Yaitu berdiri berjam-jam jika lupa saat setoran gus. Sampai tibalah suatu saat ada santri baru di pesantrennya Romo Yai Idris Ghoza­li..
dia adalah ramandamu Gus Jalal, cuma dia ganti namanya menjadi ZIDAN mungkin, itu untuk menutupi jati diri beliau."
Santri baru itu aku sapa,
"Assalammu'alaikum kang.
Alaikumus salam wa rohmah jawabnya. lalu aku tanya, namanya siapa dan dari mana kang. lalu santri itu mengenalkan diri, saya Zidan kang, rumah saya deket dari sini kang. Hamam Muhammad, panggil saya Hamam, saya dari Rejo Sewu .
Singkat cerita... kang Zidan ini kamarnya berhadapan dengan kamarku Gus Jalal. Lha... timbul suatu keanehan, setiap malam pengurus pondok selalu obrak obrak setiap santri untuk sholat tahajud.
Soalnya, di pesantren Yai Idris setiap santri wajib sholat tahajud.
Lha pas kamarnya kang Zidan,.lurah pondok maupun jajaran pengurus tak pernah menemukan sosok kang Zidan. seakan di telan bumi. Sudah hampir 2 minggu lamanya...
Akhirnya gegerlah pesantren itu ada isu-isu yg beredar. Katanya jin muslim ikut nyantri atau jin penunggu sudah banyak versi lah gus.
Laporlah, lurah pondok ini ke Kyai Idris.
Ternyata... oleh Kyai Idris di suruh menunggu di depan pintunya... dengan syarat,
jangan sampai ada yg tertidur meskipun sak sliyutan.
Tetapi lurah pondok pun yang biasa di panggil mbah nggle... ternyata juga tertidur bersama anak buahnya.
Ketika terbangun,ternyata kang Zidan sudah tidak ada di ruangannya.
Laporlah mbah nggle ke Kyai Idris tentang kejadian malam itu... akhirnya Yai Idris dawuh, yowes tak aku dewe sing nyanggong mengko bengi.
Akhirnya, di malam kedua... Yai Idris sendiri yg memergoki kang Zidan pas waktu keluar dari kamarnya.
"Zidan,mriki sekedap kang."ucap Kyai Idris.
"Njih yai,," jawab Zidan.
"Ngaten kang, saya dapat laporan dari lurah pondok. Katanya, sampeyan selalu menghilang kalau tiap malam dan para pengurus gak ada yg tau di mana keberadaan kamu. Lha memangnya kamu kemana saja kang?"
Tanya Kyai Idris.
"Tilem kyai" jawab Zidan.
"Lho... turu teng pundi kang? kok sampek gak ada yg tau..??" tanya Yai Idris.
"dalem tilem di atas pohon mangga depan rumah pak yai. Mergi, teng kamar santri mboten saged tilem yi... rame sanget " jawab kang Zidan dengan polosnya.
Kyai Idris hanya menggeleng-gelengkankan kepalanya, sambil berucap,
"Nanti kalau kamu jatuh gimana, terus apa orang tua kamu gak akan menyalahkan pondok ini. Karena di kira teledor jagain santri-santrinya??"
"Lha... dospundi malih tho romo Yai. Tetapi alhamdulillah, dalem sae-sae kemawon ngantos saniki."
"Yowes,mulai besok kamu ikut saya. Nanti tidur di kamar sebelahnya ruang dapur. tetapi,besok pagi kamu bersihkan dulu kamarnya. satu lagi,dengan syarat kamu harus ikut tahajudan. soalnya nanti gak ada yg bangunin kamu. terus,tugas kamu ,buatkan aku kopi, sama layanin tamu2 yg datang. siapapun tamu saya,harus kamu layanin dengan baik. siap kang?" Tanya kyai idris.
"Insya alloh yai." jawab kang Zidan.
Setelah satu minggu ikut ndalem, di rumah Kyai Idris terjadi keanehan. Karena setiap bikin kopi, kang Zidan selalu pakai gelas kopi yang besar (Muk). Tetapi jika kopinya tinggal setengah gelas, tiba2 kopi Kyai Idris penuh lagi. Dan kejadian itu berulang ulang setiap harinya. Karena merasa janggal,maka di panggilah kang Zidan,
"Kang Zidan sampeyan mriki sekedap kang."
"Injih yai njih yai"
sambil berjalan dengan cara ndodok mendekati Kyai Idris, setelah cium tangan Kyai Idris, kang Zidanpun duduk di lantai.
Kang Zidan pun matur.
"Wonten dalem menopo romo yai."
Kyai Idris pun bertanya.
" Kang, apa gak merasa ada yg aneh kang??"
"Mboten wonten kyai."
jawab Zidan dengan polosnya.
"Yaqiiiin ????" tanya Kyai Idris sambil tersenyum.
"Yaqin kyai." jawab kang Zidan.
"Ngene lho kang, wes enek seminggu iki kopi ku bila tinggal setengah gelas, kok tiba-tiba penuh lagi ? Nopo mboten aneh niku kang?"
Dengan tersenyum senyum, kang Zidan pun berkata.
"Dalem nyuwun pangapunten sanget yi, wau dalem undur kopi nipun panjenengan. Lha kulo gantosi ingkang panas malih kyai. Mergi... kopi ikang asrep niku kirang sekeco raosipun."
"Oooowwww ngono tho? Yowes gak popo bilih kados ngaten kang." Jawab Kyai Idris.
"Njih sampun kyai, dalem ajeng teng dapur dulu."
Lalu Zidanpun mencium tangan kyai dan dalam keadaan jongkok, Zidanpun mulai mundur perlahan-lahan dari hadapan Kyai Idris.
"Kopi kyai kopi kyai!!! Insya Alloh dados washilah kaberkahan. Kopi kyai kopi kyai. Boleh di tukar dengan rokok telong ler (3 batang)!!!"
Terdengar suara riuh di ruang santri.
"Aku kang!!" jawab kang Ridwan.
"Aku kang aku!" kata kang Faqih.
"Wes ngaten mawon kang ridwan... niki kajenge kang Faqih aja, kemarin kang Ridwan kan sudah tho. Niki kang Faqih, kopi ne!
"Rokok mana rokok!!"
"Niki kang Zidan"
Kata kang Faqih setelah menerima kopi lalu mengulurkan rokok 3 batang ke tangan kang Zidan.
Lalu kang Zidan pun angkat bicara.
"Tenang tenang, besok hari kamis malam jum'at mbah yai akan kedatangan tamu agung. Poro kyai khos lan poro habaib. Lhak khusus minuman sisane ndoro habib, ganti ne rokok 2 cepet yo (2 bungkus) untuk yangg lain cukup 6 batang saja."
"Luarange kang,!!"
Protes kang Ridwan.
"Wes, yen gak gelem gak popo. Ojo protas protes ae wan. Hayo,sopo pesen... iki daftar nama-nama kyai dan habaib. Pemesanan di buka sekarang."
ucap kang Zidan.
"Ngalap barokah dari minuman bekas kyai-kyai itu apa gak syirik tho kang??"
Tiba2 kang Mustofa angkat bicara.
"Gini lho kang mus,"
Kang Zidanpun mulai bicara sambil menyalakan rokok.
"Pertama, kita minum bekas minuman kyai. Itu menandakan latihan kecintaan kita kepada orang 'alim dan salah satu tanda cinta yaitu tak adanya rasa jijik minum sisa minuman orang alim. Atau sisa-sisa makanan orang alim. Karena semakin orang itu cinta kepada seseorang, maka tak ada rasa jijik kepada orang yang di cintainya. Siapa tahu, karena kecintaan kita kepada orang alim. Alloh menemukan nama kita di hati orang-orang alim."
"Yang kedua, orang alim itu dzikirnya tak pernah putus. Jadi ketika makan maupun minum. Beliau-beliau ini tetap berdzikir kepada Alloh. Jadi,setiap makan dan minum pun ada para malaikat tetap mengamini do'a-do’anya. Oleh karena itu dengan alasan ini, maka bisa jadi para malaikat juga mengamini do'a-do’anya orang yang menghabiskan sisa makanan maupun minumannya sebagai washilah tumurune barokah saking Alloh. Paham kang mus???"
"Paham kang ,"
balas kang mus.
"Ah... ancen repot kok, lak ngomongi wong gak pati cerdas ki" ucap kang Zidan sambil tersenyum.
"Yo gak, ancen lambe mu lambe blantik, makelaran thok."
Balas kang mus ( yg membuat santri-santri yang lain pada ketawa).
Ha ha ha ha ha

#Bersambung
Oleh : ma'arif wibowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisi-kisi USBN Matematika SD 2019

KISI – KISI USBN SD TAHUN 2019 PROVINSI JAWA TIMUR (SPESIFIKASI) MAPEL : MATEMATIKA NO. SOAL LINGKUP MATERI ...